12/31/10

--miho--

Tadaaaaa. Kali ini gue mau nge-post cerpen, gue lagi iseng dirumah nugguin keluarga gue, tiba-tiba aja ide ini muncul. Ini bukan cerita bagus, dan cerpen ini bener bener pendek tapi semoga bisa menghibur ya. Enjoy :)
    
--miho--

  Aku kembali melihat ke lapangan parkir yang dibatasi pagar tidak terlalu tinggi, sayangnya aku tidak dapat keluar dari sini, setidaknya belum. Biarlah aku menunggu disini, ujarku dalam hati. Langit terlihat sangat mendung siang ini, beberapa temanku yang tadinya berbaik hati menemaniku disini telah memutuskan untuk kembali ke dalam, mereka sedikit takut akan hujan. Aku tidak menyalahkan mereka, akupun sebenarnya ingin sekali cepat-cepat pergi dari sini, tapi apa boleh buat, aku sangat penasaran. Orang-orang sering sekali mengatakan bahwa menunggu sangatlah membosankan, dan kini aku tahu mereka benar. Angin berhembus sangat kencang, menerbangkan beberapa sampah bungkus makanan yang keluar dari tong sampah, kemudian rintik-rintik air mulai turun tetes demi tetes, mendarat sempurna ditubuhku sehingga membuatku agak terkejut. Tubuhku kedinginan, sedingin hatiku. Akhirnya aku memutuskan untuk masuk kedalam rumah, setidaknya disana akan jauh lebih hangat untuk tubuhku. Mungkin kali ini dia tidak datang, namun aku masih berharap dia datang . 

  Ini sudah seminggu sejak aku menunggu sehingga hampir kehujanan di depan pagar, namun orang yang aku tunggu belum juga datang hingga saat ini. Aku hampir saja putus asa, aku jadi malas makan, tidurpun tak nyenyak, pasalnya sebelum ini orang itu selalu datang kesini tanpa pernah absen walau seharipun.Aku sungguh khawatir. Perasaanku semakin tidak enak mengingat beberapa hari ini cuaca sangat tidak menentu. Hujan selalu turun setiap hari, dan turunnya selalu tiba tiba. Hujan juga mengakibatkan banjir maupun longsor dibeberapa tempat. Tapi yang harus aku lakukan saat ini adalah berpikir positif dan berharap semuanya baik baik saja.

    Aku sering duduk di bale-bale belakang rumah  seperti sekarang. Aku sudah hampir menyerah dengan keadaan. Sebetulnya aku juga tidak melakukan apapun sejak hari pertama Ia tidak datang, yang kulakukan hanya menunggu. Aku melihat ke langit sore yang kali ini cerah, menampakkan cahaya kemerahan  dan awan-awan yang terlihat sangat lembut, kemudian aku teringat sesuatu, salah satu dari sekian banyak kenanganku bersama Rio, seseorang yang selama ini aku tunggu. Hari itu aku sedang duduk bersamanya disini, aku dan dia sama sama menatap langit yang dipenuhi awan berbagai bentuk. Dari dulu aku memang sangat ingin bisa menyentuh awan, merasakan kelembumbutannya yang kupikir seperti kapas, aku berharap dapat tertidur  di awan. Rio menoleh kearahku  "Kamu pasti berpikir dapat menyentuh awan, aku juga berpikir begitu saat masih kecil,"  ucap rio seketika. Menanggapi ucapannya, aku hanya  diam dan tersenyum. Tidak disangka, Rio juga memiliki keinginan yang sama denganku. Aku kembali ke masa sekarang. Dimana kamu, aku sangat merindukanmu, Rio.

  Aku sedang bermain dihalaman bersama teman-temanku, beberapa diantara kami ada yang sedang menyantap makanan yang disediakan oleh eyang Rina, eyangnya Rio. Kami memang tinggal di dirumah eyang Rio, dia merawat kami saat kami masih kecil, ada juga beberapa diantara kami yang ditemukannya dijalanan., dan menurut teman-temanku akulah kesayangan eyang. Aku dan teman-temanku masih asyik bermain saat aku menangkap bunyi yang sepertinya aku kenal, itu bunyi mobil Rio. Rio datang! Seketika itu juga aku berlari keluar rumah, aku ingin menyambut Rio seperti biasanya, selain itu aku juga sudah sangat merindukannya, aku ingin akulah yang pertama kali dilihatnya.

   Aku berlari melintasi teman temanku yang lain, berlari menuju gerbang yang terbuka. Aku sungguh bersemangat hingga tidak peduli apapun yang ada disekitarku. Aku harus secepatnya sampai ke seberang jalan, tempat mobil Rio diparkir. Hanya itu yang aku pikirkan.Aku sukses menabrak pot eyang yang berjejer rapi di sepanjang pekarangan, kakiku terantuk sesuatu, namun aku tidak mampu lagi merasakan sakit,  semuanya tertuupi oleh kegembiraan. Aku terus saja berlari, tiba-tiba saja lariku terhenti, napasku  masih tersengal-sengal, dan kakiku seperti tidak dapat digerakkan. Rio baru saja melewatiku, Rio-Ku berjalan melewatiku yang sudah berlari untuk menyongsongnya. Bukan hanya itu yang membuatku kaget setengah mati, disisinya ada seorang gadis cantik, sangat cantik, yang menggandeng tangannya. Seketika itu tubuhku kaku, aku tidak dapat bernapas, tubuhku seperti dilempar ke aspal, aku berharap aku bisa mati saat ini. Tidak. Aku memang hampir mati, aku menoleh ke arah kanan dan melihat sepeda motor yang terhenti, pengendaranya terlihat sangat shock. Rupanya sepeda itu yang tadi menghantamku, aku juga melihat Rio dan gadis cantik menghampiriku, tidak lama kemuadian eyang Rina berlari menghampiriku, menggenggam tanganku sambil menangis, Rio memelukku erat. Aku merasa sangat nyaman, dipelukan Rio aku sudah tau bahwa Rio baik-baik saja dan akan baik-baik saja. Bagiku berada dipelukan Rio menjelang ajalku adalah sesuatu yang terindah, setidaknya aku masih bisa berharap nantinya Tuhan mau mengizinkanku untuk dapat melihat Rio dari atas sana, dan aku hanya bisa merintih pelan sebelum nafas terakhirku,  "Meoong". Aku pergi.

No comments:

Post a Comment